Jalan Panjang Ziarah Hidup

Jalan Panjang Ziarah Hidup

Sabtu, 17 April 2010

GERAKAN SOSIAL PADA MASYARAKAT KONTEMPORER

Pendahuluan

Jaman kontemporer menampilkan banyak sekali fenomena-fenomena mutakhir. Fenomena-fenomena tersebut menjadi trend yang hidup dalam masyarakat seiring dengan perubahan-perubahan dan perkembangan dalam masyarakat dalam era globalisasi dan high tekhnologi tersebut. Salah satu fenomen yang mucul dalam masyarakat kontemporer adalah munculnya gerakan-gerakan social dalam masyarakat. Tulisan ini akan mengkaji fenomen gerakan social ini dalam perspektif sosiologi masyarakat kontemporer. Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum tentang pengertian gerakan social, selanjutnya gerakan social akan diteropong dari pandangan beberapa teorisi. Bagian berkutnya mengenai gerakan social dan modernitas dengan ciri-cirinya, dan diakhiri dengan suatu wacana tentang suatu gerakan social yang baru.

1. Gerakan Sosial; Sebuah Panorama Umum

Pertanyaan utama bagian ini adalah : Apa persisnya gerakan social? Bagi seorang Lorenz Von Stein, pada abad 19, gerakan social pertama-tama merupakan suatu gerakan kelas pekerja. Perubahan social yang terjadi pada abad 20 serta perkembangan dunia akademis telah mengakibatkan perubahan pluralisasi pengertian yang terlepas dari kerangka historisnya. Gerakan social akhirnya digunakan untuk menyebut beragam fenomena dan perilaku kolektif yang tidak terstruktur, mulai dari praktek dan sekte agama sampai pada gerakan protes hingga berbagai revolusi yang terorganisasi. Satu-satunya kesamaan atau titik temu dari macam-macam pengertian tersebut adalah gerakan social merupakan kelompok-kelompok yang bersifat tidak melembaga dari berbagai anggota masyarakat yang tidak terwakili yang bergerak dalam alur interaksi yang berseberangan dengan elit atau pihak oposisi. Riset membuktikan bahwa gerakan social memiliki dua sumber utama dalam sejarah yaitu dalam Revolusi Perancis dan Revolusi Industri serta munculnya gerakan social pada akhir abad 19. Setelah menurunnya pengaruh anarkisme dan kekerasan dan munculnya bargaining kolektif terbentuklah gerakan-gerakan yang memerangi anggapan bahwa gerakan social bersifat tidak rasional. Pengertian lain dapat diberikan di sini. Gerakan social atau dalam bahasa Inggris social movement diartikan sebagai aktivitas social berupa gerakan atau tindakan sekelompok orang atau secara individu dalam kelompok informal melalui wadah atau organisasi tertentu, yang berfokus pada pada suatu isu social atau politik dengan cara melaksanakan atau menolak dan atau mengkampanyekan sebuah perubahan social.

Jika kita melihat kebelakang, dalam sejarah manusia modern banyak ditemukan gerakan-gerakan sipil. Misalnya Gerakan Buruh yang menandai masyarakat industry pada abad 19 dan awal abad 20. Kemudian yang lebih baru pada tahun 1960-an banyak negara di Barat mengalami gerakan social penting dalam bentuk gerakan hak-hak sipil dan gerakan perdamaian. Sedangkan di Dunia Ketiga gerakan kemerdeaan nasional bermunculan. Sepanjang tahun 1970-an dan 1980-an gerakan social berkembang di seluruh Amerika Utara, dan Eropa dalam bentuk gerakan wanita untuk memperjuangkan kesetaraan gender, gerakan ekologi, gerakan anti nuklir dan perdamaian serta gerakan otonomi daerah. Di tempat lain muncul gerakan fundamentalis yang menekankan kekhususan cultural. China pada tahun 1989 merasakan gerakan demokratisasi yang kemudian ditindas dan di Eropa Timur gerakan rakyat menggulingkan rezim komunis. Banyak gerakan social menentang struktur institusional, cara hidup dan pemikiran, norma dan moralitas. Dalam kenyataannya gerakan social terkait erat dengan perubahan social dan beberapa ciri masyarakat kontemporer adalah akibat dari aksi gerakan social ini.

Secara umum gerakan social terdiri dari gerakan reformasi dan gerakan radikal. Gerakan reformasi dimaksudkan untuk mengubah norma, hukum atau paham tertentu. Pada saat ini bentuk gerakan seperti ini misalnya gerakan serikat buruh dengan tujuan untuk meningkatkan hak-hak pekerja, Gerakan Hijau yang memperjuangkan hukum-hukum perlindungan terhadap alam atau ekologi, gerakan untuk mendukung atau menolak hukuman mati dll (cfr. Gerakan reformasi di Indonesia). Sedangkan gerakan radikal adalah gerakan yang dimaksudkan untuk merubah dengan segera suatu system nilai dengan melakukan perubahan secara substansial dan mendasar. Contoh gerakan ini dalam perjalanan sejarah manusia dapat terlihat pada Perjuangan atau Gerakan Hak-hak Sipil di Amerika yang menuntut persamaan hak-hak sipil bagi rakyat Amerika secara penuh tanpa adanya pembedaan terutama ras. Contoh lain adalah Gerakan Solidaritas di Polandia oleh kaum buruh, atau yang paling sensasional misalnya Perjuangan Penghapusan politik Apartheid dibawah pimpinan Nelson Mandela di Afrika Selatan.

Gerakan social bisa dengan atau tanpa kekerasan. Yang tanpa kekerasan misalnya seperti yang terjadi di Amerika dan Polandia. Sedangkan yang dengan kekerasan misalnya Gerakan Sipil yang didukung oleh Tentara Pembebasan Nasional Zapatista di Kolumbia. Selain itu focus atau target dari gerakan sosial juga bisa terarah pada pribadi atau pada kelompok (umumnya pihak yang sedang berkuasa). Jika gerakan diarahkan pada kelompok maka biasanya bertujuan untuk menganjurkan perubahan sistem politik, namun jika gerakan itu diarahkan pada pribadi maka dimaksudkan untuk mempengaruhi cara berpikir atau keputusan-keputusan mengenai suatu permasalahan yang berhubungan dengan hajat hidup bersama.

2. Gerakan Sosial dalam Perpektif Beberapa Teori Sosiologis

Pertama, Marxisme. Teori Marx menegaskan bahwa dimasyakat industry, gerakan social dan revolusi berasal dari kontradiksi structural utama antara capital dan buruh. Merka adalah actor-aktor utama dalam konflik social ini. Ketidakpuasan yang dialami oleh kaum buruh inilah yang akhirnya memunculkan gerakan social yang bertujuan memperjangkan nasib mereka.

Kedua, Interaksionisme. Simmel (1908), memahami konflik sebagai sebuah proses interaksi. Pada tahun 1920an, Mashab Chicago melalui teori interaksionalisme simbolik juga mengadopsi pemikiran Simmel ini untuk mempelajari tentang perilaku kolektif dan gerakan social. Berdasarkan asumsi bahwa individu dan kelompok orang bertindak berdasarkan espektasi bersama dan bahwa gerakan social muncul dari suatu situasi yang tak terstruktur atau “chaos”. Suatu situasi dimana hanya ada sedikit pedoman cultural bersama atau pedoman itu berantakan dan harus didefinisikan kembali. Menurut teori ini, gerakan social adalah ekspresi kolektif dari rekonstruksi situasi social tersebut. Jadi gerakan social adalah “usaha kolektif untuk menciptakan tatanan kehidpan yang baru (Blummer, 1939).

Ketiga, fungsionalisme structural. Ada tiga varian dalam model gerakan social menurut teori fungsionalis structural. Pertama, teori masyarakat massa. Teori ini mempostulatkan individu sebagai yang teratomisasi (Kornhauser, 1959), Karena tercabut dari akarnya akibat perubahan social yang cepat, urbanisasi dan hilangnya ikatan tradisional, terisolasi dari relasi kelompok dan kelompok normative, maka individu didalam masyarakat massa bebas dan cenderung berpartisipasi dalam jenis kelompok baru seperti gerakan social. Kedua, teori tekanan sturktural. Teori ini memandang bahwa penyebab utama kemunculan gerakan social adalah terganggunya keseimbangan dari system social (Smelser, 1962). Nonkorespondensi antara nilai-nilai yang dianut dengan praktek masyarakat actual, tertutupnya fungsi institusional, elemen disfungsional yang mengganggu kelangsungan system, semuanya merupakan hal-hal yang dapat mengganggu keseimbangan system social, memicu ketegangan structural dan kemudian memacu gerakan social. Ketiga, teori deprivasi relative. Teori ini merupakan salah satu “turunan” psikologi social dari teori tekanan. Tekanan ini bukan diakibatkan oleh diskrepansi structural tetapi berasal dari perasaan subyektif: yaitu ketika orang merasa gagal menggapai harapannya. Kebutuhan yang terpenuhi tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perbaikan kondisi ekonomi dan politik yang membesarkan harapan dalam kelompok, akan mudah memunculkan gerakan social apabila realitas tampak tidak sesuai dengan harapan. Ketidakpuasan dan frustrasi akan bermunculan. Inilah yang menyebabkan gerakan social.

Keempat, Neo-utilitarian. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa gerakan social berkembang dari aktivitas organisasional apabila mereka berhasil memobilisasi sumber daya material dan simbolis seperti uang, waktu dan legitimasi. Gerakan social dijelaskan dalam term kesempatan, strategi, mode komunikasi dan kompetisi dengan kelompok dan otoritas yang memiliki kepentingan yang saling bertentangan.

3. Gerakan Sosial dan Modernitas

Secara historis gerakan sosial adalah fenomena universal. Rakyat di seluruh masyarakat manusia tentu mempunyai alasan untuk bergabung dan berjuang untuk mencapai tujuan kolektif mereka dan menentang orang yang menghalangi mereka mencapai tujuan itu, sebagaimana telah dijelaskan pada awal pembahasan ini. Strategi dan taktik gerakan di semua zaman itu telah berkembang, namun kebanyakan pengamat sependapat bahwa hanya dalam masyarakat modernlah "era gerakan sosial benar-benar dimulai". Hanya di abad 19 dan 20 gerakan sosial telah menjadi begitu banyak, besar, penting dan besar akibatnya terhadap jalannya perubahan. Pengamat kontemporer menyatakan ”Masyarakat yang sangat modern cenderung menjadi masyarakat gerakan" (Neidhardt & Rucht, 1991)

Gerakan sosial adalah bagian sentral modernitas. Gerakan sosial me­nentukan ciri-ciri politik modern dan masyarakat modern. Gerakan sosial berkaitan erat dengan perubahan struktural mendasar yang telah terkenal sebagai modernisasi yang menjalar ke bidang "sistem" dan kehidupan dunia.

Ada beberapa alasan yang menyebabkan gerakan sosial di zaman modern lebih menonjol dan lebih signifikan. Alasan ini didasarkan pada pandangan para pakar klasik abad 19 tentang ciri modernitas sebagai berikut

a. Alasan pertama disebut "Tema Durkheim". Kecenderungan kepadatan penduduk di kawasan sempit terjadi bersamaan dengan urbanisasi dan industrialisasi dan menghasilkan kepadatan moral penduduk yang besar. Kepadatan ini membuka peluang lebih baik untuk mengadakan kontak dan interaksi untuk mengembangkan kesamaan, pandangan, ideologi bersama. Singkatnya, peluang mobilisasi dan gerakan sosial sangat meningkat.

b. Gambaran modernitas lain adalah yang disebut "Tema Tonnies", yakni atomisasi dan isolasi individu dalam Gesellschaft yang bersifat impersonal. Riesman menyebutnya "kerumunan yang kesepian". Keterasingan, kesepian, dan penjungkirbalikan nilai menimbulkan idaman terhadap komunitas, solidaritas, dan kebersamaan. Keanggotaan gerakan sosial menyediakan pengganti yang memuaskan bagi kebutuhan manusia yang universal itu.

c. Tema Marxian. Peningkatan ketimpangan sosial yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan perbedaan kekayaan, kekuasaan, dan preiII yang sangat tajam ini menimbulkan pengalaman dan kesan eksploitasi, penindasan, ketidakadilan, dan perampasan hak yang menggerakan permusuhan dan konflik kelompok. Orang yang kepentingan tersembunyinya terancam, siap untuk bertempur melawan orang yang membahayakan mereka. Ketimpangan struktural yang merangsang timbulnya gerakan sosial tampak lebih nyata ketimbang yang pernah ada sebelumnya.

d. Tema Weberian. Transformasi demokratis sistem politik membuka peluang bagi tindakan kolektif massa rakyat. Pengungkapan perbedaan pendapat, artikulasi kepentingan tersembunyi dan kegiatan mempertahankannya menjadi hak yang syah dan tanggungjawab selaku warga negara makin diharapkan. Peluang kemunculan gerakan sosial berkadar politik akan berubah secara radikal.

e. Gambaran yang disebut Tema Comte dan Saint Simon. Mereka menekankan modernitas pada penaklukan, kontrol, dominasi, dan manipulasi realitas: mula-mula terhadap realitas alam dan akhirnya juga terhadap realitas masyarakat manusia. Keyakinan bahwa perubahan sosial dan kemajuan tergantung pada tindakan manusia, bahwa masyarakat dapat dibentuk oleh anggotanya untuk keuntungan mereka sendiri, merupakan syarat ideologis penting untuk aktif dan untuk mobilisasi dan gerakan sosial.

f.

Masyarakat modern mengalami peningkatan pendidikan dan mempunyai kultur umum. Partisipasi dalam gerakan sosial membutuhkan kesadaran, imajinasi, kepekaan moral, dan perhatian terhadap masalah publik dalam derajat tertentu serta kemampuan menggeneralisirnya dari pengalaman pribadi dan lokal. Kesemuanya ini berkorelasi positif dengan tingkat pendidikan. Revolusi pendidikan yang menyertai penyebaran kapitalisme dan demokrasi, memperluas tumpukan potensi anggota gerakan sosial.

g. Kemunculan dan penyebaran media massa. Media massa merupakan instrumen yang sangat kuat untuk mengartikulasikan, membentuk, dan menyatukan keyakinan, merumuskan dan menyebarkan pesan ideologis, serta membentuk pendapat umum. Media massa memperluas cakrawala pandangan rakyat melampaui dunia pribadi mereka menuju pengalaman kelompok, kelas, dan bangsa lain yang herjauhan letak geografisnya. Ini menimbulkan dua akibat: pertama, Keterbukaan cakrawala ini menciptakan "efek demonstrasi" penting yakni peluang untuk membandingkan kehidupan masyarakat sendiri dan kehidupan masyarakat lain. Kesan ketidakadilan yang merugikan yang disertai perasaan "terampas” menyediakan latar belakang psikologis yang kondusif bagi gerakan sosial. Kedua, melalui media massa orang juga belajar mengenai keyakinan, sikap, dan keluhan politik orang lain. Ini me­mungkinkannya untuk menaksir tingkat keburukan keadaan bersama, untuk mengakhiri "kedunguan" atau kekeliruan bersama, menghilangkan keyakinan bahwa is sendiri yang merasa tak senang dan sengsara. Media massa pun membangkitkan solidaritas, loyalitas, dan konsensus yang berkembang melampaui lingkaran sosial yang ada sebelumnya. Perasaan adanya masalah bersama dan solidaritas yang melampaui batas lokal ini merupakan syarat sosio-psikologis lainnya untuk kemunculan gerakan sosial. ketidakpuasan. Apakah gerakan sosial mampu melakukan hal ini nantinya akan bergantung pada kapasitas organisasionalnya.

4. Gerakan Sosial Baru di Era Modernisasi?

Beberapa teoretisi sosial meng­gunakan istilah "gerakan sosial baru" untuk menyebut variasi besar dari gerakan-gerakan sosial sepanjang 1970-an dan awal 1980-an di Barat. Secara umum, gerakan-gerakan ini membentuk jaringan kontestasi dan gaya hidup alternatif, tetapi mereka juga mema­suki politik resmi misalnya Green Movement.

Apa yang membuat gerakan sosial ini baru? Kebanyakan ahli memandangnya dalam term perilaku kolektif konfliktual yang membuka ruang kultural dan sosial baru. Gerakan sosial baru dilihat sebagai ins­titusi masyarakat sipil yang dipolitisasi, dan karenanya mendefinisikan ulang batas-batas politik institusional (Claus Offe); sebagai cara baru memahami dunia dan menentang aturan kultural dominan berdasarkan alasan simbolik (Alberto Melucci); sebagai pencip­taan identitas baru yang berisikan tuntutan yang tak bisa dinegosiasikan (Jean L. Co­hen); sebagai ekspresi proses pembelajaran kolektif revolusioner (Klaus Eder); sebagai artikulasi sosial baru yang mengkristali­sasikan pengalaman dan persoalan baru yang dialami dan dihadapi bersama, sebagai akibat dari disintegrasi umum pengalaman berbasis kelas ekonomi (Ulrich Beck). Arti penting yang diberikan oleh semua rumusan di atas kepada gerakan sosial baru adalah bahwa gerakan sosial itu mendapatkan kesa­daran baru akan kapasitasnya untuk mem­produksi makna baru dan bentuk kehidupan dan tindakan sosial yang baru. Penjelasan sistemaris mengenai reflektivitas gerakan sosial ini dapat dijumpai dalam paradigma rasionalitas komunikasi. Proses rasionalisasi komunikasional dalam kehidupan dunia di sini dianggap sebagai ciri menonjol dari modernitas, yang paralel dengan proses ra­sionalisasi sistemik (Habermas, 1981). Didalam kerangka teoritis, gerakan sosial diletakkan dalam dua perspektif. Sehapi ekspresi rasionalisasi komunikasional, ge­rakan sosial baru mempertanyakan validi­tas pola kehidupan dunia yang sudah ada, seperti norma dan legitimasi, dan kemudian memperluas ruang publik. Pada saat yang sama, sebagai gerakan defensif, gerakan sosial baru menentang gangguan patologis terhadap kehidupan dunia, yang dikolonisa­sikan berdasarkan mekanisme politik dan ekonomi sistemik yang membatalkan proses komunikasi.

Dalam perspektif sosiologi tindakan, pandangan-pandangan yang kompleks dan men­dalam tentang gerakan sosial bertujuan mengintegrasikan berbagai macam pendekat­an menjadi representasi umum demi memperjuangkan kehidupan sosial yang lebih baik (Touraine, 1973). Menurutnya, pusat dari kehidupan sosial adalah perjuangan permanen dalam menggunakan teknologi baru dan kontrol sosial atas kapasitas masyarakat itu sendiri. Karena alasan ini, gerakan sosial, yang dipandang sebagai agen konflik, merupakan perhatian utama bagi ilmuwan sosial.

Penutup

Pembahasan ini hendak menegaskan tentang kompleksitas permasalahan dalam masyarakat kontemporer ini. Salah satunya adalah dengan munculnya berbagai macam gerakan social. Pembahasan tema-tema gerakan social akan dibahas dalam diskusi selanjutnya.

@@@@@@@@@@@

Daftar Pustaka

Scott, A., Ideology and the New So­cial Movements. Blacwell Piblishing, 1990.

William Outwaite (ed), Pemikiran Sosial Modern, Jakarta: Kencana, 2008.

Adam Kuper and Jesica Kuper (eds)., The Social Sciences Encyclopedia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.

Sztompka Piotr. , Sosiologi Perubahan Sosial, Jakarta, Prenada, 2008

George Ritzer – Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Modern, Jakarta: Kencana, 2008.

Robert H. Lauer., Perspektif Tentang Perubahan Sosial, Jakarta: Rineka Cipta, 2003.

Margaret M. Poloma., Sosiologi Kontemporer, Jakarta: Grafindo, 2007.

@@@@@@@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar